Prosesi Keel Laying, PT PJS Tegaskan Komitmen Majukan Galangan Kapal di Sulawesi Tenggara

Di Desa Panambea, Konawe Selatan, Sulawesi Tenggara Kamis (27/11/2015) PT PANAMBEA JAYA SHIPYARD (PT PJS) resmi melaksanakan prosesi Keel Laying sebagai tanda dimulainya pekerjaan konstruksi utama pada pembangunan kapal baru. Kegiatan ini menjadi tonggak awal penyusunan struktur bawah kapal yang akan menjadi fondasi bagi tahapan fabrikasi dan perakitan selanjutnya.

Prosesi ini dihadiri oleh perwakilan Biro Klasifikasi Indonesia (BKI) yang bertugas memastikan seluruh tahapan pembangunan kapal memenuhi standar klasifikasi yang berlaku. Selain itu, turut hadir Syahbandar UPP Kelas III Lapuko, yang memiliki peran penting dalam aspek pengawasan keselamatan dan kelayakan pembangunan kapal.

Acara ini juga melibatkan langsung para pemilik kapal, yaitu Owner PT Keira Oceana Shipping dan Owner PT Safinah Samudera Shipping, sebagai bentuk kolaborasi dan transparansi proses pekerjaan antara pihak galangan dan pemilik.

Ceremony keel laying, peletakan lunas yang selalu menjadi babak pertama dari lahirnya sebuah kapal digelar dengan khidmat. Kapal berkapasitas 500 kilo liter pesanan PT Keira Oceana Shipping (PT KOS) resmi memasuki fase pembangunan. Peletakan Lunas kapal, merupakan salah satu dari empat momen penting dalam siklus hidup kapal dan sering dirayakan dengan upacara khusus yang menandai “hari kelahiran” kapal tersebut, diiringi dengan prosesi pengelasan simbolis.

General Manager PT PJS, Syamsudin Uka menyampaikan bahwa tahap keel laying ini bukan project yang pertama bagi tim PJS, ia tahu bahwa project ini bukan sekedar kontrak bisnis. ini adalah pembuktian bahwa galangan lokal bisa berdiri sejajar dengan deretan nama besar di Cilegon hingga Batam.
“Kami sudah membangun ratusan kapal selama ini. Pengalaman kami tersebar di Kendari, Cilegon, Batam, dan kota-kota lain tempat cabang PJS beroperasi. Kapal 500 KL ini bukan yang pertama, dan bukan pula yang terakhir,” katanya.

Namun, bagi Syamsudin, proyek ini memiliki nilai emosional tersendiri. Ini adalah satu dari sedikit kapal besar yang dibangun penuh di Sulawesi Tenggara, sebuah tonggak yang bisa mengubah peta industri maritim kawasan timur.

Perwakilan owner PT KEIRA OCEANA SHIPPING (PT KOS)menyampaikan apresiasi terhadap kesiapan galangan dalam memulai proyek ini.
” Kami titipkan pengerjaan kapal ini kepada PJS karena mereka sudah terbukti memberikan kualitas terbaik. Kami yakin kapal ini akan selesai sesuai waktu dan standar yang kami butuhkan,” katanya.

PT KOS menilai PT PJS punya kemampuan teknis yang memadai untuk pengerjaan kapal tanker 500 KL ini, termasuk tahapan lanjutan seperti outfitting, instalasi sistem, hingga serangkaian uji coba sebelum delivery.

Dari sisi teknis dan klasifikasi Perwakilan BKI menegaskan pentingnya ketelitian pada tahap awal pembangunan.
“Sultra punya potensi besar. Galangan seperti PJS bisa berkembang menjadi model pembangunan kapal di kawasan timur. Harapan kami, semakin banyak kapal yang dibangun di sini nantinya menggunakan register Kendari. Itu penting agar identitas maritim daerah semakin kuat,” ujarnya.

Dari unsur pemerintah, Syahbandar UPP Kelas III Lapuko juga menyampaikan dukungan terhadap pelaksanaan pembangunan kapal ini tidak ragu menyebut bahwa galangan kapal di Lapuko ini memiliki nilai strategis.
“Kami sangat mendukung pembangunan kapal oleh PT PJS. Semoga perusahaan ini makin maju dan menjadi kekuatan baru industri perkapalan Sulra,” tegasnya.

Bagi Syahbandar, kemajuan galangan bukan hanya bicara produksi kapal. Tapi juga soal efek domino berupa tumbuhnya tenaga kerja, aktivitas logistik, sampai reputasi maritim daerah.

Peletakan lunas kali ini bukan sekadar simbol. Ia adalah sinyal bahwa Sulawesi Tenggara tidak lagi hanya menjadi pengguna kapal dari luar daerah, tetapi juga mampu menjadi produsen. Industri galangan kapal yang dulu terpusat di Jawa dan Batam kini semakin mendapatkan pemerataan di kawasan timur Indonesia.

Dengan dimulainya pembangunan kapal SPOB 500 KL ini, Sultra bergerak ke fase berikutnya dalam peta industri pelayaran nasional. Fase ketika galangan lokal bukan lagi pelengkap, tapi menjadi pusat pertumbuhan baru bagi maritim Indonesia masa depan

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *